FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OMZET PENDAPATAN PEDAGANG KAKI
LIMA DI WILAYAH CIBUBUR
(Studi Kasus :
Jalan Karya Bakti)
Munzir dan F. Merna Kurniasih
Dosen
dan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas
Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas
Indraprasta PGRI
ABSTRAK
Tujuan
dari penelitian adalah untuk menganalisis faktor internal yang meliputi
pengetahuan dalam menjual dan pelayanan serta untuk menganalisis faktor
eksternal yang meliputi lokasi dan customer
behaviour terhadap omzet pendapatan pedagang kaki lima. Peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif-Deskriptif. Sedangkan
pengumpulan data menggunakan data primer melalui riset lapangan. Dan instrumen
atau alat pengumpul datanya berupa angket melalui teknik pengambilan sampel Probability Sampling dengan memilih Simple Random Sampling, artinya
pengambilan sampel sederhana secara acak kepada 30 pedagang dan 50 konsumen.
Berdasarkan hasil analisis, dapat dikemukakan kesimpulan yaitu; faktor internal
yang terdiri dari faktor pengetahuan dalam menjual dan faktor pelayanan
mempunyai pengaruh terhadap omzet pendapatan pedagang kaki lima. Artinya, untuk
memaksimalkan omzet, pedagang dapat memanfaatkan faktor internal terutama faktor
pengetahuan dalam menjual; dan juga diketahui bahwa faktor eksternal yang
terdiri dari faktor lokasi dan faktor Customer
Behaviour mempunyai pengaruh terhadap omzet pendapatan pedagang kaki lima.
Artinya untuk menciptakan omzet yang memuaskan, pedagang dapat lebih
memperhatikan faktor eksternal, terutama faktor Customer Behaviour.
Kata
Kunci : Faktor Omzet Pendapatan, Pedagang, Kaki Lima.
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze internal
factors that include knowledge in selling and
servicing as well as to analyze the external factors that include location and customer behavior on
revenue turnover of
street vendors. Researchers used qualitative
research methods-descriptive. While collecting data
using primary data through
field research. And the instrument or means of collecting data in the form of questionnaires
through Sampling Probability
sampling techniques to select the Simple
Random Sampling, meaning
simple random sampling
to 30 traders and
50 consumers. Based on the
analysis, it can be argued that
conclusions; internal factors which consisted of factors of knowledge in
selling and servicing factors have an influence on the turnover income vendors.
That is, to maximize turnover, traders can
take advantage of internal factors,
especially factor knowledge in selling, and also note
that external factors consisting
of location factors and factors
of Customer Behavior have any impact on revenue turnover of street vendors. That is to create a
satisfactory turnover, traders
can pay more attention to external
factors, especially factor
Customer Behaviour.
Keywords: Factor Income Earnings, Traders, Street Markets
Keywords: Factor Income Earnings, Traders, Street Markets
PENDAHULUAN
Kota Jakarta mempunyai
peran penting sebagai Ibukota negara, pusat pemerintahan dan pusat perdagangan.
Selain itu, peran penting lainnya dari kota Jakarta adalah sebagai pusat daerah
konsentrasi penduduk dengan berbagai latar belakang ekonomi, sosial dan budaya
yang berbeda-beda. Jakarta
adalah sebuah kota yang menjanjikan kehidupan nyaman dan sejahtera untuk semua.
Banyak orang tertarik datang ke kota ini, mereka datang untuk bekerja mencari
nafkah, dengan harapan dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik. Hal inilah
yang menjadi magnet daya tarik kota Jakarta. Kehidupan masyarakat yang
tinggal di Jakarta cukuplah rumit. Setiap hari, orang-orang sibuk dengan
rutinitasnya masing-masing demi mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka sehari-hari. Biaya hidup yang serba tinggi, telah memaksa mereka
untuk selalu giat bekerja mencari rezeki. Kenyataan yang sering terjadi di
dalam lingkungan masyarakat adalah bahwa
sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itulah akan timbul
sebuah gejala yang disebut dengan masalah sosial. Pada kondisi tersebut, tidak
pernah dijumpai keadaan yang menggambarkan bahwa seluruh perilaku kehidupan
sosial sesuai dengan harapan.
Permasalahan yang
ditimbulkan oleh adanya fenomena yang terjadi pada kegiatan perekonomian rakyat
kecil didaerah perkotaan, sering diakibatkan karena ketidakmatangan perencanaan
dan pengawasan pembangunan pada seluruh bagian kota. Fenomena ini menimbulkan
masalah sosial yang terjadi dimasyarakat. Salah satu masalah sosial yang
terjadi yaitu adanya prokontra mengenai Pedagang Kaki Lima. Dalam aktivitas perkotaan
yang serba gemerlap, keberadaan Pedagang Kaki Lima terasa terasingkan. Harus
diakui bahwa keadaan ini timbul karena adanya ketimpangan sosial dan
pembangunan serta pendidikan yang tidak merata. Padahal peran Pedagang Kaki Lima
sangatlah penting, karena dapat mendatangkan sisi positif pada sektor usaha
informal. Perlu
disadari bahwa proses percepatan pembangunan yang terlalu menitikberatkan pada
laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa diimbangi dengan pemerataan
pendapatan, menyebabkan masyarakat mengalami ketegangan ekonomi. Sebagaimana diketahui
pada tahun 1998, Indonesia saat itu mengalami krisis multidimensional yang
diawali dengan krisis ekonomi dan krisis moneter yang menandai berakhirnya
pemerintahan Orde Baru dan dimulainya Era Reformasi.
Krisis ekonomi tersebut
mengakibatkan beban ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat, pemerintah maupun
swasta terasa sangat berat. Sehingga
menimbukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak. Krisis tersebut telah
menyebabkan meningkatnya angka pengangguran, stabilitas politik menjadi goyah,
serta tingginya harga barang-barang kebutuhan sehari-hari. Ketidakinginan masyarakat
berada dalam kondisi yang serba tidak menentu tersebut, mendorong masyarakat
untuk mencari lapangan pekerjaan sendiri dengan memilih pekerjaan pada sektor
informal. Salah satu pilihan yang diambil masyarakat adalah menjadi Pedagang
Kaki Lima. Para
pedagang yang bekerja disektor informal seperti Pedagang Kaki Lima hadir satu
persatu dan terus bertambah setelah adanya interaksi pasar yang positif.
Kemudian tanpa disadari keberadaan
Pedagang Kaki Lima semakin bertambah banyak, dan pada akhirnya
menciptakan pasar kaget. Keadaan ini telah menjadi suatu kenyataan sosial yang ada
dalam kehidupan masyarakat saat ini.
Pilihan masyarakat untuk
bekerja disektor informal dianggap merupakan langkah terbaik saat menghadapi
tekanan ekonomi. Pilihan masyarakat tersebut dikarenakan bekerja disektor
informal khususnya Pedagang Kaki Lima hanya memerlukan modal serta keterampilan
yang minim. Pekerjaan
sebagai Pedagang Kaki Lima telah dimanfaatkan sebagai pekerjaan utama maupun
sebagai pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Keadaan tersebut
membuktikan bahwa Pedagang Kaki Lima merupakan salah satu alternatif lapangan
pekerjaan untuk mengatasi pengangguran yang ada di perkotaan khususnya di kota
Jakarta saat ini. Kurangnya
perhatian pemerintah terhadap perkembangan disektor informal, membuat Pedagang
Kaki Lima semakin menjamur. Tempat yang sering dipilih adalah tempat-tempat
strategis pada pusat kegiatan umum seperti pertokoan, pasar, gedung sekolah,
dan tempat-tempat kegiatan lainnya yang menurut pandangan dari Pedagang Kaki
Lima merupakan tempat strategis bagi usaha berjualan barang dagangan mereka.
Pemilihan tempat tersebut dipilih karena
Pedagang Kaki Lima selalu berusaha supaya barang dagangannya cepat habis
terjual. Untuk itu jenis ruang usaha yang digunakan biasanya adalah pusat-pusat
daerah yang padat penduduknya, maupun derah-daerah pertemuan jalur lalu lintas
yang padat. Adapun
sarana berjualan yang banyak digunakan oleh Pedagang Kaki Lima yaitu berupa
kios, tenda, maupun berjualan secara lesehan dengan cara menggelar barang
dagangan yang akan ditawarkan kepada pembeli. Sarana berjualan berupa kios-kios
yang digunakan oleh Pedagang Kaki Lima merupakan tempat usaha yang memiliki
atap dan berdinding semi permanen. Dinding kios biasanya terbuat dari papan
kayu atau triplek. Keberadaan
Pedagang Kaki Lima di perkotaan bukanlah kelompok masyarakat yang gagal masuk
ke dalam sistem ekonomi perkotaan. Namun, keadaan ini menunjukkan bahwa
keberadaan Pedagang Kaki Lima merupakan transformasi dari masyarakat pedesaan
yang berbasis pertanian ke masyarakat perkotaan yang berbasis perdagangan,
industri dan jasa.
Kondisi inilah yang membuat
Pedagang Kaki Lima tidak terpisahkan dari kegiatan ekonomi kerakyatan.
Kenyataan yang terjadi pada perekonomian yang berkembang didaerah perkotaan,
memperlihatkan bahwa keadaan lapisan pendapatan penduduk paling rendah yang
tinggal di perkotaan terasa jauh lebih baik daripada keadaan lapisan penduduk
berpendapatan rendah yang tinggal di pedesaan.
Kenyataan tersebut tidak
mengejutkan bila mengingat urbanisasi merupakan arus perpindahan tenaga kerja
yang berasal dari pedesaan ke daerah perkotaan. Motif utama para kelompok
pendatang adalah karena adanya alasan ekonomi yang kuat. Motif tersebut
didasari atas adanya perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah
pedesaan dan perkotaan.
Didaerah perkotaan
terdapat kesempatan ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Pedagang Kaki Lima lebih sering memilih berlokasi disekitar
kawasan-kawasan fungsional perkotaan. Dengan tujuan untuk memperoleh omzet
pendapatan yang tinggi. Kawasan-kawasan tersebut dianggap sangat strategis
karena merupakan daerah perdagangan, perkantoran, daerah wisata, pemukiman dan
berbagai fasilitas umum lainnya.
Masyarakat tidak hanya
berbeda budaya, tetapi sebagai pembeli khususnya sebagai pihak konsumen, tentu
saja masyarakat memiliki perbedaan secara umum seperti umur dan jenis kelamin,
pendidikan dan pekerjaan, status perkawinan dan pengaturan hidup, kegiatan dan
minat mereka, serta mengenai pendapat mereka tentang makanan yang mereka makan,
dan berbagai produk yang mereka beli.
Terlihat bahwa adanya
sektor informal khususnya keberadaan Pedagang Kaki Lima sangat membantu
konsumen dalam mendapatkan barang tertentu, karena keberadaanya sangat mudah
ditemui. Sebagian besar barang-barang yang dijual oleh Pedagang Kaki Lima
adalah barang-barang convience goods, artinya
barang yang dibeli dengan cara emosional (senang), dan mudah untuk
mendapatkannya. Konsumen biasanya begitu melihat barang yang ditawarkan oleh
Pedagang Kaki Lima, langsung timbul keinginan untuk membelinya.
KAJIAN PUSTAKA
Pedagang
Kaki Lima di Indonesia
Awal mula Pedagang Kaki Lima atau yang lebih sering
disingkat dengan PKL adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penjual
dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering diartikan demikian karena
jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang
ditambah dengan tiga “kaki” gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua
roda dan satu kaki).
Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa
penjajahan kolonial belanda. Peraturan pemerintah waktu itu menetapkan bahwa
setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan
kaki. Sekian puluh tahun setelah itu, tepatnya adalah saat Indonesia telah
merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki telah banyak dimanfaatkan oleh para
pedagang untuk berjualan. Dahulu saat itu orang yang menempati ruas jalan untuk
berdagang namanya adalah pedagang pinggir jalan, namun sekarang namanya berubah
menjadi Pedagang Kaki Lima.
Adapun yang dimaksud dengan Pedagang kaki lima adalah
setiap orang yang menawarkan atau menjual barang dan jasa dengan cara
berkeliling dimana terdapat kelompok orang yang menawarkan barang dan jasa
untuk dijual di atas trotoar, ditepi atau dipinggir jalan, disekitar
pusat-pusat perbelanjaan, pertokoan, pasar, pusat rekreasi atau hiburan, pusat
pendidikan, baik secara menetap, setengah menetap maupun secara
berpindah-pindah.
Istilah kaki lima yang selama ini dikenal, berasal
dari pengertian trotoar yang dahulu berukuran 5 kaki (5 kaki = 1,5 meter).
Pedagang Kaki Lima menyediakan barang-barang kebutuhan bagi golongan ekonomi
menengah kebawah dengan harga yang dapat dijangkau oleh golongan tersebut.
Pedagang Kaki Lima biasanya berupa unit usaha kecil
yang melakukan kegiatan produksi atau distribusi barang dan jasa, dengan
sasaran utama untuk menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi diri mereka
sendiri. Usaha sebagai Pedagang Kaki Lima telah mampu menunjukkan diri sebagai
usaha mandiri yang memberikan penghasilan.
Kenyataan tersebut tidak
mengejutkan bila mengingat urbanisasi merupakan arus perpindahan tenaga kerja
yang berasal dari pedesaan ke daerah perkotaan. Motif utama para kelompok
pendatang adalah karena adanya alasan ekonomi yang kuat. Motif tersebut
didasari atas adanya perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah
pedesaan dan perkotaan.
Didaerah perkotaan
terdapat kesempatan ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Pedagang Kaki Lima lebih sering memilih berlokasi disekitar
kawasan-kawasan fungsional perkotaan. Dengan tujuan untuk memperoleh omzet
pendapatan yang tinggi. Kawasan-kawasan tersebut dianggap sangat strategis
karena merupakan daerah perdagangan, perkantoran, daerah wisata, pemukiman dan
berbagai fasilitas umum lainnya.
Adapun peraturan yang mengatur tentang tempat dan
pembinaan usaha Pedagang Kaki Lima di
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah diatur pada Peraturan Gubernur
Nomor 33 Tahun 2010 yang berisi tentang definisi, pengaturan tempat, pembinaan,
dan pengawasan.
Definisi Pedagang Kaki Lima menurut Peraturan Gubernur
Nomor 33 Tahun 2010 adalah kegiatan usaha jasa perdagangan yang menempati
prasarana kota, fasilitas sosial, dan fasilitas umum milik Pemerintah Daerah,
tanah atau lahan milik perorangan atau badan yang telah mendapatkan izin dari
Gubernur.
Pengaturan tempat untuk Pedagang Kaki Lima menurut
Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2010 dimaksudkan untuk mendukung ketertiban
Kota melalui penataan lingkungan dengan penyediaan prasarana dan sarana usaha
mikro Pedagang Kaki Lima pada lokasi-lokasi yang dimungkinkan dan sifatnya
sementara untuk memberikan kepastian hukum atas pemanfaatan lokasi yang
dimaksud.
Setiap Pedagang Kaki Lima yang telah memperoleh Izin
Penggunaan Tempat Usaha (IPTU) dilarang untuk; merubah bentuk dan fungsi tempat
usaha, memperdagangkan barang-barang terlarang, dan melakukan perbuatan asusila
ditempat usaha.
Pembinaan usaha Pedagang Kaki Lima menurut Peraturan
Gubernur Nomor 33 Tahun 2010 dilakukan melalui koordinasi pembinaan usaha mikro
Pedagang Kaki Lima oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),
dan perdagangan Provinsi DKI Jakarta.
Pengawasan usaha Pedagang Kaki Lima menurut Peraturan
Gubernur Nomor 33 Tahun 2010 dilaksanakan untuk lebih mengoptimalkan
pemanfaatan seluruh jenis lokasi usaha mikro Pedagang Kaki Lima yang mencakup
kegiatan:
a
Peningkatan
kesadaran prilaku usaha yang tertib sesuai
ketentuan yang berlaku kepada Pedagang Kaki Lima.
b
Penerapan
sanksi suatu pelanggaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan
mengkoordinasikan penertiban lokasi Pedagang Kaki Lima yang pemanfaatannya tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pedagang Kaki Lima merupakan cerminan dari kehidupan
masyarakat yang membutuhkan kehidupan ekonomi yang lebih baik. Kehidupan ini
berawal dari adanya arus urbanisasi, yaitu arus perpindahan masyarakat dari
desa ke kota. Keberdaaan dari Pedagang Kaki Lima dapat membuat suatu tempat
yang mereka pergunakan untuk berdagang menjadi lebih ramai dari keadaan
dihari-hari biasa. Hal ini karena banyak pembeli yang datang untuk memadati
area pusat keramaian tersebut.
Sektor Perekonomian
Penggerak Pedagang Kaki Lima
Pembangunan senantiasa
beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yang kurang baik menuju
suatu kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan nasional suatu
bangsa. Sebagaimana diketahui pada tahun 1998, Indonesia mengalami krisis
multidimensional yang diawali dengan krisis ekonomi dan krisis moneter yang
menandai berakhirnya pemerintahan Orde Baru dan dimulainya Era Reformasi.
Krisis ekonomi tersebut
mengakibatkan beban ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat, pemerintah maupun
swasta terasa sangat berat. Sehingga menimbukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
secara sepihak yang menyebabkan tingginya angka pengangguran, stabilitas
politik yang goyah, serta harga barang-barang kebutuhan sehari-hari yang melambung
tinggi.
Aspek sosial ekonomi yang
terjadi pada masyarakat perkotaan menyebabkan terciptanya kegiatan yang
bersifat formal dan informal. Kegiatan formal sering diidentikkan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pada golongan kelas menengah atas.
Sedangkan kegiatan yang sifatnya informal banyak dilakukan oleh masyarakat
golongan menengah ke bawah atau kaum tersisih. Sektor formal mencakup
perusahaan-perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan, dan izin resmi,
serta umumnya berskala besar. Sedangkan sektor informal kegiatan usahanya
umumnya sederhana, tidak mempunyai izin usaha, tingkat penghasilan umumnya
rendah, keterkaitan dengan usaha-usaha lain sangat kecil, usahanya
beranekaragam, serta skala usahanya relatif kecil.
Sektor informal menggambarkan bagian dari angkatan
kerja yang berada diluar pasar. Disini, pekerja tidak terikat dan tidak
terampil dengan pendapatan yang tidak tetap. Aktifitas informal merupakan cara
melakukan sesuatu yang ditandai dengan usaha milik sendiri, bertumpu pada
sumber daya lokal, tergolong ke dalam padat karya dan teknologi yang digunakan
bersifat adaptif. Pilihan masyarakat untuk bekerja disektor informal khususnya
Pedagang Kaki Lima dikarenakan pilihan tersebut hanya memerlukan modal serta
ketrampilan yang minim.
Di Indonesia pengetian umum dari sektor informal
khususnya Pedagang Kaki Lima meliputi tiga hal yaitu : (1) sektor yang tidak
menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari pemerintah, seperti perlindungan
tarif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, pemberian kredit dengan bunga
yang relatif rendah, pembimbingan teknis dan ketatalaksanaan perlindungan dan
perawatan tenaga kerja, penyediaan teknologi dan hak paten. (2) sektor yang
belum mempergunakan bantuan ekonomi pemerintah, walaupun bantuan itu telah
tersedia, dan (3) sektor yang telah menerima dan menggunakan bantuan atau
fasilitas yang disediakan oleh pemerintah, tetapi bantuan itu belum sanggup
membuat unit usaha tersebut berdiri (Hidayat, 1987 dalam Sukamdi 2003).
Pedagang Kaki Lima di perkotaan bukanlah kelompok
masyarakat yang gagal masuk ke dalam sistem ekonomi perkotaan. Keberadaan
Pedagang Kaki Lima merupakan transformasi dari masyarakat pedesaan yang
berbasis pertanian ke masyarakat perkotaan yang berbasis industri dan jasa.
Kondisi inilah yang membuat Pedagang Kaki Lima tidak terpisahkan dari ekonomi
kerakyatan. Aktifitas ekonomi kerakyatan ini terkait dengan kegiatan ekonomi
yang dilakukan melalui pasar tradisional dan berbasis masyarakat. Artinya
aktifitas ekonomi kerakyatan ini hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi
kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri.
Ekonomi kerakyatan telah bersuara untuk mengembangkan
kegiatan ekonomi yang banyak digeluti oleh masyarakat golongan bawah yang
akhir-akhir ini semakin terdengar. Walaupun belum ada definisi final mengenai
kegiatan ekonomi ini, namun sebagian ahli menyebut istilah “Ekonomi Kerakyatan”
sebagai rujukan untuk perekonomian yang dikerjakan oleh masyarakat kecil.
Secara empiris pengembangan ekonomi kerakyatan ini dipicu oleh realitas bahwa
sebagian besar pelaku ekonomi di Indonesia bergerak pada usaha yang berskala
kecil (Erani, 2002:57). Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan
sebagai ekonomi jejaring (network)
yang menghubungkan sentra kemandirian usaha masyarakat dengan pola pengelolaan
yang menganut sirklus terpendek antara penjual dan pembeli.
Pedagang Kaki Lima memiliki karakteristik
kewirausahaan yang berupa kemampuan mencari dan menangkap peluang usaha,
memiliki keuletan dan kreatifitas. Pengertian wirausaha itu sendiri adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk
mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih
kesuksesan.Sedangkan kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam
dunia nyata secara kreatif. Untuk itu, Pedagang Kaki Lima harus berupaya
memahami kebutuhan, keinginan, dan permintaan konsumen.
Aktivitas pemasaran bermula dari pengematan kebutuhan
konsumen. Sebuah cara untuk menganalisis kebutuhan konsumen adalah dengan
mencari tahu mengapa orang membeli barang atau jasa. Setiap barang atau jasa
dijual untuk memenuhi kebutuhan orang per orang dan keluarga. Kebutuhan
konsumen sangat bervariasi dari yang sederhana seperti makan, minum, pakaian
dan tempat tinggal, transportasi, kerapihan, telekomunikasi dan lain-lain
termasuk dalam hal hiburan.
Kebutuhan adalah keadaan dasar manusia yang apabila tidak
terpenuhi akan timbul perasaan kehilangan dalam diri seseorang. Kebutuhan
menggambarkan tuntutan dasar manusia, yang bersifat luas, kompleks, dan banyak.
Artinya manusia membutuhkan makanan, udara, air, pakaian, dan tempat berlindung
untuk dapat bertahan hidup. Manusia juga sangat membutuhkan rekreasi,
pendidikan, dan hiburan. Hal ini disebabkan karena semakin pentingnya
kebutuhan, maka akan semakin kuat memunculkan kebutuhan yang penting dan sangat
spesifik yang biasa disebut dengan keinginan.
Keinginan adalah bentuk asal dari kebutuhan manusia
yang dibentuk oleh budaya dan pribadi seseorang. Contohnya adalah orang yang
membutuhkan makan tetapi bukan makanan sehari-hari, melainkan yang lebih
spesifik atau lebih khusus, yang biasanya disesuaikan dengan seleranya. Seperti
keinginan untuk makan ayam goreng, bukan ayam bakar. Jadi, ada suatu hal yang
diinginkan secara spesifik diluar kebutuhannya yang biasa.
Keinginan seseorang cenderung terus berubah dan tidak
terbatas. Jumlah orang yang menginginkan pun semakin tinggi dan bertambah
setiap harinya dengan didukung kemampuan membeli barang tersebut. Semakin
tingginya permintaan seseorang untuk memenuhi keinginan yang tidak terbatas
akan menimbulkan permintaan akan produk tertentu. Permintaan adalah keinginan
akan produk-produk spesifik yang didukung oleh kemampuan untuk membayar. Banyak
masyarakat menginginkan suatu barang tertentu, namun hanya sedikit dari mereka
yang mampu dan mau untuk membelinya.
Pedagang Kaki Lima juga harus mengukur bukan saja
berapa banyak orang yang menginginkan barang dagangan mereka melainkan berapa
banyak orang yang akan benar-benar mau dan mampu membeli barang tersebut.
Banyak orang yang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk.
Produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan.
Untuk mendapatkan sebuah produk seseorang harus melakukan pertukaran. Menurut
Kotler (2002:14), pertukaran mencakup perolehan produk yang diinginkan dari
seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Supaya menimbulkan
potensi pertukaran, terdapat lima persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya
yaitu :
1.
Sekurang-kurangnya
ada dua pihak.
2.
Masing-masing
pihak memiliki sesuatu yang mungkin bernilai bagi pihak lain.
3.
Masing-masing
pihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan sesuatu.
4.
Masing-masing
pihak bebas untuk menerima dan menolak penawaran.
5.
Masing-masing
pihak harus yakin bahwa telah melakukan transaksi dengan pihak lain sesuai
dengan yang diinginkannya.
Omzet
Pendapatan
Untuk menjalankan suatu
usaha diperlukan sejumlah modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal dalam
bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha. Sementara itu,
modal keahlian merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola dan menjalankan
suatu usaha (Kasmir, 2011:90).
Pada awalnya untuk usaha
yang baru dijalankan, biasanya lebih menitikberatkan pada modal sendiri. Hal
ini terjadi karena sulitnya memperoleh modal pinjaman, terutama dari bank. Bank
biasanya jarang memberikan pinjaman untuk usaha baru, mengingat bank belum
mengenal dan nasabah belum berpengalaman. Ada
beberapa penyebab yang menjadi alasan ketidaksukaan perbankan melayani
kebutuhan kredit masyarakat kecil, diantaranya karena :
a. Tidak
mempunyai barang-barang atau kekayaan yang dapat dijadikan jaminan pinjaman.
b. Mereka tidak
dapat mengisi formulir yang rumit karena sebagian dari mereka tidak dapat
membaca dan menulis.
c. Perbankan
tidak suka melayani kebutuhan kredit yang kecil-kecil, yang banyak jumlahnya
sehingga memerlukan banyak pekerjaan dan mengandung resiko yang tinggi.
d.
Perbankan takut bunga pinjaman yang diterima tidak dapat menutup
biaya pelayanan pinjaman kecil yang banyak jumlahnya. (Thoha, 2000: 16).
Kedudukan
modal menempati posisi penting dalam menentukan keberhasilan suatu usaha.
Karena modal merupakan kekayaan yang akan dimasukkan dalam produksi guna
memperoleh kekayaan selanjutnya. Dengan modal yang kuat, suatu usaha dapat
menambah dan memperluas usahanya. Selama proses usaha berlangsung, maka selama
itu pula modal akan terus diperlukan. Definisi arti pendapatan yaitu merupakan perolehan
hasil yang diterima seseorang berupa uang atau material lainnya (berupa sewa,
upah, gaji, bunga dan laba) sebagai akibat dari adanya pengorbanan atau
jasa-jasa seseorang (Ahmad dan Kasim 2003:41).
Seseorang dapat bertindak
dengan menggunakan tenaga, pikiran dan hartanya yang diorganisasikan dalam
suatu usaha-usaha produktif. Karena pendapatan yang diperolehnya adalah dari
penjualan sejumlah barang dan jasa yang dikelolanya. Pendapatan yang diperoleh
seseorang dapat berupa pendapatan kotor dan pendapatan bersih atau laba.
Pendapatan bersih atau laba merupakan selisih penjualan kotor dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan.
Omzet adalah jumlah uang
pendapatan hasil penjualan barang dagangan, yang diperoleh selama masa jual
waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, tahunan). Omzet bukan nilai
keuntungan, juga bukan nilai kerugian. Omzet merupakan total besaran uang nilai
transaksi yang diterima dalam kegiatan ekonomi yang terjadi dalam hitungan
waktu tertentu yang belum dikurangi dengan biaya pengeluaran yang berhubungan
dengan kegiatan ekonomi tersebut. Omzet dapat dihitung dengan cara mengkalikan
harga dengan jumlah barang yang telah terjual.
Definisi mengenai omzet
penjualan, menurut A. Arifinal Chaniago (1995:14), ia memberikan pendapatnya tentang
omzet penjualan adalah keseluruhan
jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu barang atau jasa dalam kurun waktu tertentu.
Omzet penjualan yang besar sangat berpengaruh terhadap produksi yang
dijalankan. Semakin besar omzet penjualan maka, akan semakin besar pendapatan
yang akan diterima.
Menurut Sutamto (1997:10) mendefinisikan tentang pengertian penjualan, Penjualan adalah usaha yang dilakukan
manusia untuk menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang telah dihasilkannya
kepada mereka yang membutuhkan dengan imbalan uang menurut harga yang telah
ditentukan sebelumnya. Penjualan adalah proses dimana si penjual
memastikan mengaktifkan dan memuaskan keinginan pembeli agar dicapai mufakat
dan manfaat baik bagi si penjual maupun si pembeli yang berkelanjutan dan
saling menguntungkan kedua belah pihak.
Dari pendapat tersebut
maka, penjualan merupakan kegiatan usaha yang dilakukan untuk menawarkan atau
memasarkan barang maupun jasa yang telah dihasilkannya kepada pembeli yang
membutuhkan dan berminat yang nantinya akan dibayar, jika telah terjadi
kesepakatan mengenai harga barang atau jasa yang diinginkan tersebut.
1. Faktor
Internal
Faktor-faktor yang mempengaruhi
omzet pendapatan Pedagang Kaki Lima terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari diri pedagang itu
sendiri, untuk menilai kekuatan dan kelemahan yang ada. Faktor internal terdiri
dari pengetahuan pedagang dalam menjual dan pelayanan pedagang terhadap
pembeli. Berikut ini, peneliti akan membahas mengenai faktor-faktor internal
tersebut yaitu :
a) Faktor
Pengetahuan Dalam Menjual
Adanya modal
yang memadai, belum tentu menjamin keberhasilan suatu usaha. Karena dalam
menjalankan usaha diperlukan ketrampilan serta sikap yang memadai sebagai bekal
untuk menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan yang akan terjadi nanti.
Aktifitas berdagang memerlukan faktor pengetahuan dalam diri pedagang itu
sendiri, sebab aktifitas berdagang tentu akan sangat bergantung kepada pembeli.
Terdapat dua unsur pokok pengetahuan dalam menjual, yaitu; Pertama tentang
pengetahuan dirinya sendiri, dalam hal ini yaitu pedagang itu sendiri seperti
pengenalan diri untuk memungkinkan memperbaiki kelemahan yang ada pada diri
pedagang itu sendiri, serta memupuk kelebihan yang ada pada dirinya.
Pada umumnya setiap orang dalam kehidupan
ini dapat mengetahui pengetahuan tentang dirinya sendiri melalui pendekatan
kebiasaannya. Menurut prinsip kehidupan, dapat kita ketahui sifat-sifat tentang
diri kita yaitu bahwa; orang pada umumnya senang dihargai dan senang dianggap
penting, semakin anda menyukai seseorang dan semakin anda bisa memberi anggapan
penting terhadapnya maka akan semakin tinggi pula kesukaan dan penghargaan
terhadap diri anda, dan semakin tinggi penghargaan orang terhadap anda maka
akan semakin tinggi pula kepercayaan anda terhadap diri anda sendiri.
Menjual bukanlah pekerjaan otot, akan tetapi menjual
adalah pekerjaan otak yang membutuhkan seni. Rajin saja, untuk kemudian
menghasilkan rasa capek dan bukanlah menghasilkan keuntungan, tak lebih
daripada suatu pekerjaan yang sia-sia, yang merupakan pemborosan waktu, uang
dan tenaga.
Tujuan penjualan adalah mencari untung, oleh sebab itu
setiap jalur yang menuju kerugian harus dihindari. Kehebatan otak manusia
sebaiknya patut disyukuri, arti mensyukuri disini dimaksudkan sebagai cara
memanfaatkan otak. Cara memanfaatkan yang terbaik adalah dengan jalan
memasukkan benih-benih kemajuan didalamnya, yaitu benih-benih yang bertujuan
untuk menciptakan dan untuk berkarya.
Rangkaian yang positif
hari demi hari, waktu demi waktu, kita dapat masukkan ke dalam otak. Sehingga
di suatu saat akan muncul tiba-tiba dalam bentuk rangkaian informasi yang sudah
berwujud menjadi suatu gagasan. Gagasan yang sudah menemukan bentuknya secara
komplek adalah suatu modal besar yang tidak dapat dinilai dengan uang. Itulah
yang disebut dengan tambang emas yang terdapat dalam diri setiap manusia.
Rahasia dari keberhasilan ditentukan oleh kemampuan untuk menampilkan benih
penggerak (motif) ke dalam pikiran orang lain. Segala unsur benih yang sudah
ditemukan harus mengandung unsur hidup, artinya harus mengena secara tepat
menyentuh perasaan, naluri dan akal sehat dari orang lain.
Berdagang akan terasa
membosankan bagi orang yang tidak memiliki kegembiraan, semangat dan tekad.
Apabila seorang penjual sudah mulai lesu dan tidak bersemangat, maka lebih baik
untuk segera tidak melakukan penjualan lagi. Kunci utama menjalankan suatu
usaha yaitu dengan membuat usaha tersebut menjadi kesenangan. Itulah perlunya
untuk seseorang sebelum terjun ke dalam sebuah usaha, sebaiknya memilih
pekerjaan yang disenangi. Hal ini dikarenakan orang-orang yang bekerja karena
terpaksa, tidak akan pernah mencapai keberhasilan dalam bidang pekerjaan.
Sebab, ia akan merasa waktu berlalu begitu lambatnya.
Sebaliknya orang-orang yang menemukan pekerjaan dalam
kesenangan, baginya waktu akan berlalu dengan cepat. Ia cenderung untuk asyik
dan tidak mau diganggu sebelum pekerjaannya selesai. Terlebih lagi ia akan lupa
tentang berbagai kesulitan yang ada. Dan juga perasaan lelah tidak pernah ada.
Orang-orang yang bekerja dalam kesenangan tidak mengenal istilah bosan, karena
pekerjaan merupakan kebanggaan tersendiri baginya.
Kedua yaitu pengetahuan mengenai apa yang
dijual, apakah ide, jasa atau barang. Semuanya harus diteliti secermatnya
sehingga dapat meyakinkan diri pedagang sendiri terlebih dahulu untuk kemudian
dapat meyakinkan diri pembeli. Apabila pedagang tidak memahami dengan baik apa
yang dijual, maka ia tidak dapat mengetahui dimana letak kelebihan dan
kekurangan barang dagangannya. Hal ini dimaksudkan supaya pedagang tidak
mengecewakan pihak pembeli setelah terjadi jual beli. Sebab, asas menjual adalah asas manfaat. Apapun barang
dagangan yang dijual, apakah itu dalam bentuk barang maupun jasa, pada
prinsipnya barang yang dijual adalah manfaatnya. Oleh sebab itu, semakin banyak
manfaat yang dapat dihasilkan oleh suatu barang maupun jasa yang dijual, maka
akan semakin mudah pula pedagang untuk menjualnya.
Tugas dari pedagang adalah menjelaskan manfaat barang
yang ia tawarkan kepada pembeli. Banyak pedagang yang mengabaikan tentang
manfaat barang yang ia jual. Jika calon pembeli sudah mulai memberi perhatian,
dan kemudian calon pembeli tersebut mampertanyakan hal-hal yang lebih teknis,
pedagang tidak dapat menjelaskannya, sebab pedagang tidak mau mengetahui
manfaat dari barang dagangan yang ia jual.
Sebelum pedagang mengambil keputusan terhadap pilihan
barang dagangan yang akan dijual kepada pembeli, maka pedagang perlu
mempersiapkan tujuan penjualan yang harus benar-benar matang. Persiapan
berdagang adalah pengenalan terhadap produk yang ingin dijual. Pilihan hanya
pada barang yang memiliki keunggulan atau barang yang memiliki kekhususan yang
tidak dimiliki oleh produk lainnya. Kemudian kenalilah produk itu dengan betul
dan cermat. Semakin banyak manfaat yang terkandung di dalamnya, maka akan
semakin mudah bagi pedagang untuk menjualnya.
Persiapan pedagang dalam melakukan penjualan secara
operasional di lapangan, maka diperlukan faktor kesiapan mengenai pengetahuan
terhadap produk yang dijual. Dengan demikian, pedagang akan lancar berbicara
dan kelancaran berbicara itu akan benar-benar terarah serta dapat
dipertanggungjawabkan secara logika. Karena itu, tidak saja hanya keistimewaan barang
yang harus diketahui oleh pedagang, namun pedagang juga perlu mengetahui
mengenai kelemahan barang yang dijual. Sehingga tidak menimbulkan kekecewaan
kepada pembeli dikemudian harinya. Untuk menghindari diri pedagang dari
keraguan, maka barang yang akan dijual haruslah dipilih dari antara barang yang
memiliki keistimewaan yang khas. Hal ini diperlukan, karena apabila si pedagnag
sudah ragu maka si pembeli pun akan lebih ragu lagi.
Disamping hal-hal tersebut, maka kecocokan produk
dengan kebutuhan pembeli harus juga diketahui oleh pedagang. Kecocokan itu bisa
dilihat dari manfaat, dilihat dari harga, dilihat dari tempat dan juga dilihat
dari mutu dan jumlah. Sebagai contoh, tidak mungkin pedagang akan menawarkan
sebuah mobil kepada pembeli yang tinggal di gunung dimana tidak terdapat sarana
jalan. Atau pedagang mencoba menawarkan suatu barang yang secara prinsipal
tidak disenangi oleh pembeli tersebut, karena hal tersebut adalah sia-sia saja.
Dari faktor harga, sebaiknya pedagang menilai suatu
barang yang akan dijual sebanding dengan manfaat produk yang ditampilkan.
Disarankan agar para pedagang mengutamakan perputaran uang dengan cara menjual
dengan untung yang tipis tetapi memiliki omzet besar. Menjual barang dagangan
yang ingin ditawarkan kepada pembeli merupakan suatu perpaduan antara
penampilan sikap dan kepribadian pedagang dengan keserasian manfaat barang yang
dijual, yang ditujukan kepada keselarasan kebutuhan bagi calon pembeli.
Berdasarkan daya tahan atau berwujud tidaknya suatu
produk, dapat diklasifikasi kedalam kelompok barang yang dapat ditawarkan oleh
pedagang kaki lima yaitu barang tahan lama (durable
goods) dan barang tidak tahan lama (inondurable
goods). Barang tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian. Jenis barang ini menuntut lebih banyak
cara penjualan perorangan, keuntungan yang lebih besar dan jaminan penjual yang
lebih pasti. Contohnya adalah pakaian, barang-barang elektronik, dan lainnya.
Sedangkan barang tidak tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya
dikonsumsikan satu atau beberapa kali. Barang jenis ini dikonsumsikan dengan
cepat dan sering dibeli, maka strategi yang dapat digunakan adalah dengan cara
menarik keuntungan per-unit yang tidak terlalu besar dan merangsang pembeli
untuk mencoba barang tersebut. Contohnya makanan, minuman ringan dan
sebagainya.
Barang dagangan
yang ditawarkan biasanya merupakan barang yang banyak dicari oleh konsumen,
karena sekarang ini konsumen membeli barang dengan jumlah yang tidak terhitung
lagi. Salah satu cara untuk mengelompokkan barang adalah berdasarkan kebiasaan
konsumen dalam membeli. Menurut Kotler (2002:451) barang konsumen adalah barang
yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah
tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Pada umumnya barang konsumen dibedakan
menjadi empat jenis yaitu :
a. Convenience
goods
Merupakan barang kebutuhan sehari-hari yang pada
umumnya memiliki frekuensi pembelian yang tinggi (sering dibeli oleh konsumen),
dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha minimum (sangat
kecil) dalam perbandingan dan pembeliannya. Barang ini merupakan barang yang
pada umumnya dibeli lebih sering dan memerlukan usaha yang sangat kecil dalam
pembeliannya. Contohnya antara lain adalah produk makanan, minuman, dan lain
sebagainya.
b. Shopping
goods
Merupakan barang belanjaan, artinya barang yang dibeli
oleh konsumen dengan cara membanding-bandingkan berdasarkan kesesuaian, mutu,
harga, dan modelnya. Adapun dalam proses pemilihan dan pembeliannya
dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Contohnya adalah pakaian, alat-alat rumah
tangga dan lain sebagainya. Barang jenis ini dapat dipisahkan menjadi barang
homogen dan heterogen. Pembeli menganggap barang homogen mirip dalam hal mutu
namun cukup berbeda dalam harga, sehingga seorang pedagang harus menjelaskan
mengenai harga untuk merebut pembeli.
c. Speciality
goods
Merupakan barang khusus, dimana konsumen harus
bersedia mengeluarkan biaya lebih keras dalam proses membeli. Barang-barang ini
memiliki karakteristik dan atau identifikasi merk yang unik dimana sekelompok
konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Contohnya produk
kamera terbaru, serta barang-barang mewah dengan merek dan model yang khas.
d. Unsought
goods
Merupakan barang-barang yang
tidak diketahui konsumen dan kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya
belum terpikirkan untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa dan batu nisan.
Keberadaan Pedagang Kaki Lima
sangat membantu konsumen dalam mendapatkan barang tertentu, karena keberadaanya
sangat mudah ditemui. Sebagian besar barang-barang yang dijual oleh Pedagang
Kaki Lima adalah barang-barang convience
goods, artinya barang yang dibeli dengan cara emosional (senang), dan mudah
untuk mendapatkannya. Konsumen biasanya begitu melihat barang yang ditawarkan
oleh Pedagang Kaki Lima, langsung timbul keinginan untuk membelinya.
b.
Faktor Pelayanan
Hampir
semua pembeli menginginkan semua pedagang dapat memberikan pelayanan yang baik,
nyaman dan menyenangkan. Sehingga akan menimbulkan perasaan puas dalam diri
keduanya. Pelayanan terhadap pembeli diperlukan oleh berbagai macam bidang
usaha bisnis, tidak terkecuali diperlukan juga oleh Pedagang Kaki Lima.
Pelayanan terhadap pembeli diantaranya adalah cara pedagang untuk menanggapi
permintaan pembeli dan sikap pedagang terhadap pembeli.
Kemampuan
pelayanan yang baik dari pedagang akan mampu membuat suasana berjualan menjadi
lebih menyenangkan. Hal ini karena pembeli merasa nyaman dengan pelayanan yang
diberikan oleh pedagang terhadap dirinya. Pelayanan yang diberikan oleh
pedagang dapat berupa komunikasi yang baik antara pedagang dan pembeli.
Pedagang
sebaiknya menyapa pembeli dengan keramahan. Pedagang harus berbicara dengan
nada suara yang enak untuk didengar. Janganlah berbicara dalam mulut, akan
tetapi gunakan bahasa yang baik dengan diselingi dengan humor yang tidak
dibuat-buat, sehingga tidak menimbulkan suasana kaku dengan pembeli.
Pedagang
akan lebih dihormati apabila selalu berusaha untuk dapat mengingat nama dan
rupa pembeli. Bicaralah dengan ketenangan yang sungguh-sungguh. Jangan
meninggikan suara anda, dan tatap muka pembeli apabila sedang berbicara
dengannya. Perhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan oleh pembeli,
mengapa pembeli berkata demikian. Jangan pernah pedagang mencampuri urusan
pembeli, apabila pembeli tidak meminta pedagang menanggapi pembicaraan.
Ucapkanlah
terima kasih dengan kata-kata yang keluar dari mulut, dan jangan mengucapkan
terima kasih hanya di dalam batin saja. Sebab, orang lain tidak dapat mendengar
perkataan batin anda. Dan janganlah mengucapkan terima kasih untuk sekedar basa
basi saja. Namun, ucapkanlah setiap
ucapan terima kasih karena dapat mencerminkan bahwa pedagang tersebut melayani
pembeli dengan baik.
Apabila pembeli
tidak jadi membeli barang dagangan yang ditawarkan oleh pedagang, janganlah
pedagang cepat marah atau menghina pembeli. Sebaiknya pedagang bersabar dan
tersenyum dengan begitu raut muka pedagang menjadi lebih bercahaya dan
memancarkan kepribadian yang dapat menyinari semangat kegembiraan untuk
melayani pembeli berikutnya.
Cara untuk
menanggapi permintaan pembeli, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh
Pedagang Kaki Lima, yaitu dengan cara menentukan tujuan komunikasi terlebih
dahulu. Apabila khalayak sasaran dan ciri-ciri pembeli sudah diketahui,
komunikasi pemasaran harus menentukan tanggapan apa yang dikehendaki oleh
pembeli.
Adapun cara
untuk menanggapi permintaan pembeli adalah dengan mencoba model Hirarki Effek. Tujuannya agar Pedagang
dapat mengetahui tingkat kesiapan pembeli. Model Hirarki Effek adalah cara untuk mengetahui tingkat kesiapan
pembeli, yang meliputi enam tingkatan yaitu; menanamkan kesadaran kepada
pembeli, memahami pembeli, menciptakan hubungan komunikasi terhadap pembeli, membangun
preferensi pembeli, memastikan keyakinan untuk membeli dan mendorong pembelian
(Kotler, 1988:250).
Tingkat
pertama yaitu menanamkan kesadaran kepada pembeli. Yang dimaksud dengan tingkat
menanamkan kesadaran kepada pembeli yaitu apabila sebagian besar pembeli
sasaran tidak menyadari adanya suatu obyek. Dari sinilah tugas pedagang untuk
menanamkan kesadaran itu, contohnya seperti cara untuk pengenalan nama barang
dagangan yang ditawarkan kepada pembeli.
Tingkat
kedua adalah tingkat memahami pembeli. Dimana pembeli telah mengetahui mengenai
barang dagangan tersebut, namun pembeli tidak mengetahui banyak tentang seluk
beluk barang dagangan tersebut. Tugas pedagang adalah menjelaskan kepada
pembeli mengenai seluk beluk manfaat dari dagangan yang mereka jual.
Tingkat
ketiga adalah menciptakan hubungan komunikasi terhadap pembeli. Pedagang harus
menciptakan hubungan yang baik kepada pembeli, karena untuk menjaga
kepercayaan, dan hubungan masyarakat yang baik dengan menggunakan kata-kata
yang baik pula.
Tingkat keempat adalah membangun preferensi
pembeli, dimana dalam tingkat ini pedagang perlu membangun preferensi pembeli
dengan cara menyanjung kualitas barang yang ditawarkan, nilai barang
dagangannya, dan ciri-ciri lainnya. Tujuannya adalah supaya pembeli dapat
memilih barang dagangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Tingkat kelima adalah memastikan keyakinan
untuk membeli. Pembeli tidak begitu saja langsung mengambil keputusan untuk
membeli, untuk itulah pedagang hendaknya menumbuhkan keyakinan kepada pembeli
bahwa barang dagangan yang ditawarkan mempunyai kualitas yang baik, walaupun
kualitasnya tidak sama dengan kualitas barang yang dijual ditoko-toko. Dengan adanya keyakinan tersebut, pembeli
akan merasa barang tersebut tepat untuknya.
Selanjutnya
pada tingkat terakhir yaitu tingkat untuk mendorong pembelian. Beberapa pembeli
mungkin mempunyai keyakinan, akan tetapi tidak begitu tergerak untuk membeli.
Adapun salah satu cara untuk mendorong pembelian adalah dengan cara menawarkan
barang dagangan tersebut dengan harga lebih rendah dan adanya kesempatan untuk
mencoba dahulu barang dagangan tersebut, sebagai contohnya adalah barang
dagangan dalam bentuk makanan maupun minuman.
Selain itu,
pelayanan yang harus diberikan oleh pedagang kepada konsumen adalah mengenai
sikap yang harus ada dalam diri Pedagang Kaki Lima diantaranya adalah jujur
dalam bertindak dan bersikap, rajin dan tidak pemalas, selalu murah senyum,
ramah tamah, sopan santun dan hormat, selalu ceria dan pandai bergaul,
flexibel, serius serta memiliki rasa tanggung jawab (Kasmir 2011:28).
a.
Jujur
dalam bertindak dan bersikap
Sikap
jujur merupakan modal utama yang harus dimiliki setiap pedagang. Dalam melayani
pembeli, pedagang harus mengutamakan kejujuran dalam hal perkataan, berbicara,
bersikap maupun bertindak. Kejujuran akan menumbuhkan kepercayaan pembeli atas
pelayanan yang diberikan oleh pedagang.
b.
Rajin
dan tidak pemalas
Pedagang
dituntut untuk cekatan dalam bekerja khususnya dalam melayani kebutuhan
pembeli. Apabila ada pembeli yang menginginkan suatu barang tertentu, sebaiknya
pedagang tidak malas untuk menjelaskan mengenai seluk beluk barang tersebut,
kelebihan dan kegunaan barang tersebut.
c.
Selalu
murah senyum
Dalam
menghadapi pembeli, seorang pedagang harus selalu murah senyum. Jangan
sekali-kali bersikap murung atau cemberut, dengan senyum pedagang mampu
meluluhkan hati pembeli untuk menyukai barang dagangan yang ditawarkan. Pembeli
biasanya akan tersanjung dengan senyuman yang ditunjukkan oleh pedagang.
d.
Ramah
tamah
Dalam
bersikap dan berbicara pada saat melayani pembeli, sebaiknya dilakukan dengan
suara yang lemah lembut dan sikap ramah tamah. Sikap seperti ini, dapat menarik
pembeli dan membuat pembeli betah karena merasa nyaman dengan sikap pedagang.
e.
Sopan
santun dan hormat
Dalam
memberikan pelayanan kepada pembeli, sebaiknya pedagang selalu bersikap sopan
dan hormat. Dengan demikian, pembeli akan menghormati pelayanan yang diberikan
oleh pedagang tersebut.
f.
Selalu
ceria dan pandai bergaul
Sikap
selalu ceria yang ditunjukkan oleh pedagang dapat memecahkan kekakuan yang ada.
Sementara itu, sikap pandai bergaul juga akan menyebabkan pembeli merasa cepat
akrab dan juga merasa seperti teman lama, sehingga segala sesuatu akan berjalan
lancar.
g.
Flexibel
Dalam
menghadapi pembeli, pedagang harus memberikan pengertian, artinya dengan
bersikap flexibel segala sesuatu dapat diselesaikan dan selalu ada jalan
keluarnya. Apapun masalahnya, percayalah bahwa tidak ada masalah yang tidak
dapat diselesaikan.
h.
Serius
serta memiliki rasa tanggung jawab
Dalam
melayani pembeli, pedagang harus serius dan sungguh-sungguh. Pedagang harus
sabar dalam menghadapi pembeli yang sulit berkomunikasi atau pembeli yang suka
semaunya. Selain serius, pedagang juga harus mampu bertanggung jawab terhadap
dagangannya, sampai pembeli merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
Dalam
pelayanan terhadap pembeli sikap pedagang adalah berusaha menjawab setiap apa
yang ditanyakan oleh pembeli tersebut. Pedagang seharusnya menjelaskan secara
detail mengenai seluk-beluk barang dagangan yang akan ditawarkan.
Disamping itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan mengenai keinginan atau selera pembeli, yaitu pedagang perlu
mengetahui hal-hal berikut dalam melakukan penjualan barang dagangannya,
seperti penjual tidak memaksa untuk membeli produk yang ditawarkan kepada calon
pembeli, pedagang jangan berpikir bahwa pembeli yang telah membeli barang
dagangan anda akan selalu membeli barang dagangan anda tersebut.
Pembeli bukanlah orang yang harus mengingat
nama pedagang, justru pedaganglah yang harus mengingat nama masing-masing
pembeli. Kebutuhan dan keinginan pembeli harus diperhatikan oleh pedagang.
Disamping itu, pedagang perlu menciptakan suasana yang nyaman agar calon
pembeli merasa senang untuk membeli.
2. Faktor
Eksternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi omzet
pendapatan Pedagang Kaki Lima terdiri dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar. Faktor
eksternal terdiri dari faktor lokasi, dan faktor Customer Behaviour. Berikut ini, peneliti akan membahas mengenai
faktor-faktor eksternal tersebut yaitu :
a)
Faktor Lokasi
Keberadaan
Pedagang Kaki Lima di perkotaan bukanlah kelompok masyarakat yang gagal masuk
ke dalam sistem ekonomi perkotaan. Namun, keadaan ini menunjukkan bahwa
keberadaan Pedagang Kaki Lima merupakan transformasi dari masyarakat pedesaan
yang berbasis pertanian ke masyarakat perkotaan yang berbasis perdagangan,
industri dan jasa.
Kondisi
inilah yang membuat Pedagang Kaki Lima tidak terpisahkan dari kegiatan ekonomi
kerakyatan. Kenyataan yang terjadi pada perekonomian yang berkembang didaerah
perkotaan, memperlihatkan bahwa keadaan lapisan pendapatan penduduk paling
rendah yang tinggal di perkotaan terasa jauh lebih baik daripada keadaan
lapisan penduduk berpendapatan rendah yang tinggal di pedesaan.
Kenyataan tersebut tidak
mengejutkan bila mengingat urbanisasi merupakan arus perpindahan tenaga kerja
yang berasal dari pedesaan ke daerah perkotaan. Motif utama para kelompok
pendatang adalah karena adanya alasan ekonomi yang kuat. Motif tersebut
didasari atas adanya perbedaan tingkat perkembangan ekonomi antara daerah
pedesaan dan perkotaan. Didaerah perkotaan terdapat kesempatan ekonomi yang
lebih besar dibandingkan dengan daerah pedesaan. Pedagang Kaki Lima lebih
sering memilih berlokasi disekitar kawasan-kawasan fungsional perkotaan. Dengan
tujuan untuk memperoleh omzet pendapatan yang tinggi.
Pedagang Kaki Lima sering
menawarkan barang dagangan mereka ditempat-tempat umum. Sebagaimana kita
ketahui, banyak Pedagang Kaki Lima yang menjalankan aktifitasnya
ditempat-tempat yang seharusnya menjadi Public
Space. Adapun yang dimaksud dengan public
space atau yang biasa disebut dengan tempat umum adalah tempat dimana
masyarakat biasa bersantai, berkomunikasi, dan menikmati pemandangan kota.
Tempat umum tersebut bisa berupa taman, trotoar, halte bus, dan lain
sebagainya.
Pemilihan tempat tersebut
dipilih karena Pedagang Kaki Lima selalu berusaha supaya barang dagangannya
cepat habis terjual. Untuk itu jenis ruang usaha yang digunakan biasanya adalah
pusat-pusat daerah yang padat penduduknya, maupun derah-daerah pertemuan jalur
lalu lintas yang padat.
Adapun sarana berjualan yang banyak digunakan
oleh Pedagang Kaki Lima yaitu berupa kios, tenda, maupun berjualan secara
lesehan dengan cara menggelar barang dagangan yang akan ditawarkan kepada
pembeli. Sarana berjualan berupa kios-kios yang digunakan oleh Pedagang Kaki
Lima merupakan tempat usaha yang memiliki atap dan berdinding semi permanen.
Dinding kios biasanya terbuat dari papan kayu atau triplek.
Pemilihan tempat yang baik, dapat diibaratkan seperti,
menabur benih. Setiap benih yang bagaimanapun baiknya, tidak akan tumbuh
apabila ditaburkan di atas batu, atau di tengah-tengah alang-alang maupun di
atas tanah yang gersang. Akan tetapi, setiap benih yang baik, apabila ditanam
ditempat yang subur, maka benih tersebut akan tumbuh dengan baik untuk kemudian
berkembang dengan baik pula. Seperti itulah penentuan lokasi yang tepat bagi
pedagang.
Menurut
Rachbini dan Hamid (2006:45), mengatakan bahwa keputusan-keputusan penentuan
lokasi yang dapat memaksimumkan penerimaan pendapatan suatu usaha. Keputusan
penentuan lokasi biasanya diambil apabila memenuhi kriteria-kriteria pokok
sebagai berikut :
1) Tempat yang
memberi kemungkinan pertumbuhan jangka panjang yang menghasilkan keuntungan
yang layak.
2) Tempat yang
luas lingkupnya untuk kemungkian perluasan unit produksi.
b)
Faktor Customer Behaviour
Customer
Behaviour tidak terlepas dari kepribadian yang dimiliki oleh setiap manusia
dengan karakteristik yang unik dan berbeda satu sama lain. Memahami kepribadian
dalam diri konsumen sangat penting bagi pedagang. Hal ini karena kepribadian
dapat terkait dengan perilaku konsumen. Perbedaan dalam kepribadian konsumen
akan mempengaruhi perilakunya dalam memilih atau membeli produk, karena
konsumen akan membeli barang yang sesuai dengan kepribadiannya.
Dalam
memahami kepribadian, sebaiknya diawali dengan memahami terlebih dahulu
mengenai konsep gaya hidup. Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih
mudah terukur dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup didefinisikan sebagai
pola dimana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya. Gaya hidup lebih
menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana seseorang hidup dengan
menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Menurut Sotar
Baduara dan Sabar (1992:32), terdapat beberapa tingkah laku pembeli, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Pembeli
Terhormat
Pembeli ini selalu
menerima pedagang dengan ramah. Ia tidak takut berbicara berterus terang untuk
menolak penawaran. Pembeli ini, tidak mengusir dengan kata-kata kasar, tetapi
menggunakan kata-kata yang tersusun sopan dengan mencari alasan yang teguh
untuk menolak tawaran dari pedagang, sehingga tidak menimbulkan perasaan
kecewa. Sikap pedagang dalam menghadapi pembeli seperti ini adalah dengan
berusaha bersikap hormat dan lebih baik.
2) Pembeli yang
baik budi
Pembeli yang
baik budi harus dilayani dengan hati-hati. Pembeli ini biasanya berhati tulus
dan tidak mencurigai orang lain, pembeli ini tidak pernah memikirkan kejahatan.
Sikap pedagang dalam menghadapi pembeli seperti ini adalah dengan cara berusaha
tidak menyia-nyiakan kepercayaannya.
3) Pembeli Cepat
Pembeli ini dapat
dikelompokkan sebagai pembeli yang jujur dan mudah dilayani. Pembeli ini tidak
mau membuang waktu lama-lama untuk berpikir, pembeli ini akan menjawab pilihan
jawaban ya atau tidak. Apabila pembeli berkata ya, sikap pedagang adalah dengan
cepat-cepat mencatat pesanannya, karena pembeli ini menghendaki cara kerja yang
cepat.
4) Pembeli
Bersemangat
Pembeli ini adalah
orang yang mudah percaya, akan tetapi ingatlah bahwa pembeli tipe ini adalah
orang yang paling susah. Hal ini dikarenakan apabila ia telah mempercayai, maka
akan semudah itu pula akan hilang semangatnya. Pembeli ini adalah pembeli yang
berpura-pura akan membeli dan untuk kemudian tidak akan pernah muncul lagi.
Sikap pedagang sebaiknya adalah cepat menutup penjualan dengannya. Janganlah
berbicara terlalu lama, sehingga mengakibatkan pembeli berubah pikirannya.
5) Pembeli Tipe
Pemarah
Pembeli tipe ini
adalah pembeli yang sering marah-marah tanpa sebab yang tidak diketahui.
Pembeli ini sering meluapkan kejengkelan kepada pedagang akibat pengaruh
kejenuhan di tempat lain. Pembeli ini, akan berbicara berterus terang dan
menceritakan kejengkelan yang ia alami.
Pembeli ini biasanya
jujur dan terbuka apa adanya. Sikap pedagang sebaiknya bersabar, dengan cara
memberikan waktu dan dahulukan pembeli tersebut berbicara lebih banyak.
Kemudian berilah alasan yang bisa membuat pembeli tersebut mengerti.
6) Pembeli Tipe
Penunggu
Pembeli ini
seolah-olah terlihat tidak peduli, tidak pemarah dan tidak kelihatan tertarik.
Pembeli ini seolah-olah membiarkan pedagang berbicara sendiri. Pembeli ini
memperhatikan pedagang mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Sikap
pedagang adalah harus bisa menarik perhatian pembeli. Pedagang harus dapat
meyakinkan pembeli mengenai barang dagangan yang ditawarkan.
7) Pembeli Aneh
Pembeli ini termasuk
pembeli yang susah dilayani, karena sikapnya yang angkuh dan seolah-olah
bersikap bermusuhan. Terkadang memberikan celaan-celaan. Sikap pedagang
sebaiknya adalah bersikap sabar, dan memberi penjelasan secara halus dan sopan
mengenai barang dagangan yang ditawarkan kepada pembeli tersebut.
8) Pembeli
Terpelajar
Pembeli ini
tidak dipengaruhi dengan perasaan kira-kira, karena pembeli ini mengetahui
betul secara logis. Pembeli ini akan mencela sebagaimana ia harus mencela.
Pembeli ini tidak akan tertarik dengan hal-hal yang cenderung dilebih-lebihkan.
Biasanya pembeli ini akan menggunakan banyak teori yang didasarkan oleh pikiran
yang sehat dan otak yang terang.
Menurut (Winardi, 2002:32)
terdapat keterkaitan antara prilaku manusia sebagai konsumen dengan Teori
Hirarki Kebutuhan yang diungkapkan oleh Abraham Maslow mengenai motivasi,
karena sifatnya yang relatif sederhana dan praktis. Adapun keterkaitan yang
dimaksud adalah (a) Manusia merupakan makhluk yang serba berkeinginan; Artinya
manusia senantiasa menginginkan sesuatu lebih banyak. Jika suatu kebutuhan
telah terpenuhi, maka akan timbul keinginan yang baru. Proses ini tidak akan
berhenti sebelum manusia meninggal dunia. (b) Sebuah kebutuhan yang terpenuhi
bukanlah sebuah motivasi prilaku; artinya hanya kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang dapat memotivasi individu untuk melakukan suatu prilaku atau
tindakan tertentu. Dan (c) Kebutuhan manusia tersusun secara berjenjang,
artinya Kebutuhan manusia dimulai dari kebutuhan yang paling mendasar yaitu
kebutuhan psikologis (makan, minum, pakaian), kebutuhan akan rasa aman
(perlindungan secara fisik maupun psikologis), kebutuhan sosial (diterima dalam
suatu kelompok tertentu), kebutuhan akan penghargaan (prestasi dan kepercayaan
diri) dan kebutuhan akan aktualisasi diri (pengembangan bakat kreatifitas yang
dimiliki).
METODOLOGI
Jenis
Pengumpulan Sumber Data
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif. Alasan
penggunaan metode ini dikarenakan metode kualitatif memiliki wawasan yang luas
dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan diteliti dan dapat menciptakan
rapport. Sedangkan
penulisan ini dilakukan
dengan menggunakan metode deskriptif. Tujuan dari penelitian dengan metode
deskriptif adalah untuk menggambarkan sasaran serta mengefisiensikan secara
sistematis, aktual maupun akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki. Untuk pengumpulan data yaitu
melalui data primer dengan metode survei. Metode survei adalah metode yang
dipergunakan dalam penelitian, dimana peneliti mengajukan pertanyaan (angket)
untuk kemudian dianalisis. Jadi dalam hal ini, peneliti menggunakan alat
pengumpul data (Instrumen)-nya adalah daftar pertanyaan dalam angket.
Pengambilan sampel untuk penelitian deskriptif, jika
populasinya diatas 1000, sampel sekitar 10% sudah cukup. Tetapi jika ukuran
populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit 30%. Dalam penelitian ini,
peneliti mengambil 30 Pedagang dan 50 Konsumen yang diambil secara acak sebagai
sampel.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilakukan berlokasi di Jalan Karya Bakti
Cibubur Jakarta Timur, pada semester genap tahun akademik 2011/2012, selama
4 bulan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2012
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang
digunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif-kualitatif. Tujuan dari metode
ini adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat dimengerti. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa tahapan teknik analisis data,
sebagai berikut: Tahapan
pengamatan
awal, peneliti mengawali penelitian melalui pengamatan secara nyata sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya mengenai pedagang kaki lima dan konsumen. Tahapan kedua
dengan pengumpulan
data Peneliti melakukan pengumpulan data melalui data primer menggunakan
angket kepada 30 Pedagang Kaki Lima dan 50 konsumen yang dipilih secara acak,
selanjutnya peneliti akan melakukan analisis terhadap data tersebut. Ketiga tahapan analisis data, meliputi kegiatan mengelompokkan data, mengolah data berdasarkan
jawaban informan, dan menyajikan data tiap indikator yang diteliti. Sehingga
diperoleh suatu kesimpulan untuk menjawab tujuan penelitian. Keempat
tahapan kesimpulan dan saran,
merupakan tahapan akhir, peneliti menarik kesimpulan hasil
dari pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan. Peneliti juga memberikan saran
terhadap hasil dari penelitian ini.
PEMBAHASAN
Gambaran
Umum Daerah Penelitian
Kota Jakarta mempunyai
peran penting sebagai Ibukota negara, pusat pemerintahan dan pusat perdagangan.
Selain itu, peran penting lainnya dari kota Jakarta adalah sebagai pusat daerah
konsentrasi penduduk dengan berbagai latar belakang ekonomi, sosial dan budaya
yang berbeda-beda. Jakarta merupakan sebuah kota yang menjanjikan kehidupan
nyaman dan sejahtera untuk semua. Banyak orang tertarik datang ke kota ini,
mereka datang untuk bekerja mencari nafkah, dengan harapan dapat memperoleh
kehidupan yang lebih baik. Hal inilah yang menjadi magnet daya tarik kota
Jakarta.
Selain itu, kehidupan
masyarakat yang tinggal di Jakarta cukuplah rumit. Setiap hari, orang-orang
sibuk dengan rutinitasnya masing-masing demi mencari penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Biaya hidup yang serba tinggi, telah
memaksa mereka untuk selalu giat bekerja mencari rezeki. Perkembangan Kota
Jakarta menjadikannya berbeda dari Kota manapun di Indonesia. Kota Jakarta
menciptakan “Super Kultur Metropolitan”, kota ini dibangun berbagai monumen
yang mengagumkan, gedung-gedung tinggi yang bergengsi dan taman-taman hiburan
yang mahal. Berbagai jalan pun dibangun dengan megah, tinggi, lebar dengan
tujuan untuk mengatasi kemacetan yang luar biasa dijalan-jalan Ibu Kota
Jakarta.
Kota Jakarta secara
sosial maupun spasial, kawasannya terbagi secara jelas, dengan kepadatan
penduduk yang luar biasa dari berbagai kegiatan. Disini, sektor informal baru
mulai bergerak pada abad kesembilan-belas dan terus bergerak pada sekitar abad
kedua-puluh. Wilayah DKI Jakarta terbagi atas lima wilayah yaitu Jakarta Pusat,
Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan. Dari sekian
banyak wilayah yang berada di Kota Jakarta ini, peneliti tertarik pada salah
satu wilayah utama yaitu Wilayah Jakarta Timur, khususnya Daerah Cibubur.
Lokasi Pedagang Kaki Lima yang berjualan disepanjang
Jalan Karya Bakti Cibubur, cukup dekat dengan berbagai kawasan fungsional pusat
keramaian. Salah satunya sarana rekreasi keluarga Taman Bunga Wiladatika, Bumi
Perkemahan Jambore Cibubur, Panti Asuhan dan Panti Tresna Wedha Desa Taruna,
Sarana Rehabilitasi Atlet, Perumahan, Gedung Olahraga Cibubur, serta pusat
perbelanjaan Cibubur Junction.
Pengolahan
dan Analisa Data Hasil Penelitian Untuk Pedagang Kaki Lima
Untuk kepentingan analisis data secara kualitatif,
maka dibuat data perhitungan jawaban per item. Data yang telah dikumpulkan
digunakan untuk menganalisa terhadap teori yang dijadikan dasar pengukuran
dengan menggunakan deskriptif kumulatif, yaitu melakukan penyebaran angket
terstruktur yang jawabannya sudah ditentukan.
Hasil analisa data terhadap Analisis Deskriptif
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Omzet Pendapatan Pedagang Kaki Lima diWilayah
Cibubur Jakarta Timur (Studi Kasus: Jalan Karya Bakti). Faktor-faktor yang
mempengaruhi omzet pendapatan Pedagang Kaki Lima terdiri dari faktor internal
yaitu faktor pengetahuan dalam menjual dan pelayanan, angket disebar kepada 30
Pedagang. Peneliti menggunakan cara perhitungan analisis data sebagai berikut:
1.
Percent (%) didapatkan dari x 100%
2.
Cumulative Percent (%) didapatkan dari percent 1 + percent 2 = 100%
Dari hasil penelitian diatas, dapat didefinisikan sebagai
berikut, Untuk pertanyaan pertama yang diajukan kepada Pedagang, Apakah anda
berjualan disini karena ramai?. Sebanyak 80% menjawab ya, sedangkan 20%
menjawab tidak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pedagang memanfaatkan peluang
yang ada yaitu berjualan karena ramai.
Untuk pertanyaan kedua
yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda berjualan karena memanfaatkan
peluang yang ada untuk memperoleh penghasilan?. Sebanyak 93% menjawab ya,
sedangkan 7% menjawab tidak. Dapat disimpulkan pedagang berjualan karena
memanfaatkan peluang yang ada.
Selanjutnya pertanyaan
ketiga yang diajukan kepada pedagang, Apakah berjualan disini merupakan tempat
yang strategis?. Sebanyak 70% menjawab ya dan 30% lainnya menjawab tidak. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa pedagang menilai berjualan disini merupakan tempat
yang strategis.
Selanjutnya pertanyaan
ke-empat yang diajukan kepada pedagang, Apakah barang dagangan yang anda jual
sebagian besar adalah milik sendiri?. Sebanyak 27% menjawab ya, sedangkan 73%
menjawab tidak. Ini menunjukkan bahwa barang dagangan para pedagang sebagian
besar bukan milik pedagang itu sendiri.
Kemudian pertanyaan
ke-lima yang diajukan kepada pedagang, Apakah barang dagangan yang anda jual
tersusun rapi?. Seluruh pedagang sebanyak 100% menjawab ya. Dapat disimpulkan
bahwa barang dagangan yang dijual oleh para pedagang tersusun rapi.
Pertanyaan selanjutnya
pertanyaan ke-enam yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda memahami
kelebihan dan kelemahan barang dagangan yang anda jual?. Seluruh pedagang
sebanyak 100% menjawab ya. Dapat disimpulkan bahwa pedagang memahami kelebihan
dan kelemahan barang yang mereka dijual.
Pertanyaan selanjutnya
pertanyaan ketujuh yang diajukan kepada pedagang, Apakah barang dagangan yang
anda jual dalam kondisi bersih?. Seluruh pedagang sebanyak 100% menjawab ya.
Dapat disimpulkan bahwa pedagang menawarkan barang dagangan mereka dalam
kondisi bersih.
Selanjutnya pertanyaan
ke-delapan yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda melayani pembeli dengan
baik?. Seluruh pedagang sebanyak 100% menjawab ya. Dapat disimpulkan bahwa
pedagang melayani pembeli dengan baik.
Selanjutnya pertanyaan
ke-sembilan yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda menyapa pembeli dengan
ramah?. Sebanyak 93% menjawab ya, sedangkan 7% menjawab tidak. Dapat disimpulkan
bahwa pedagang menyapa pembeli dengan ramah.
Selanjutnya pertanyaan
ke-sepuluh yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda menciptakan komunikasi
yang baik dengan konsumen?. Seluruh pedagang sebanyak 100% menjawab ya. Dapat
disimpulkan bahwa pedagang menciptakan komunikasi yang baik dengan konsumen.
Selanjutnya pertanyaan
ke-sebelas yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda memastikan keyakinan
konsumen untuk membeli barang dagangan anda?. Sebanyak 47% menjawab ya,
sedangkan 53% menjawab tidak. Dapat disimpulkan bahwa pedagang belum dapat
memastikan konsumen untuk membeli barang dagangan mereka.
Selanjutnya pertanyaan
ke-dua belas yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda menawarkan harga yang
terjangkau untuk konsumen?. Seluruh pedagang sebanyak 100% menjawab ya. Dapat
disimpulkan bahwa pedagang menawarkan harga yang terjangkau kepada konsumen.
Selanjutnya pertanyaan
ke-tiga belas yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda menggunakan bahasa
yang baik ketika melayani konsumen?. Seluruh pedagang sebanyak 100% menjawab
ya. Dapat disimpulkan bahwa pedagang menggunakan bahasa yang baik ketika
melayani konsumen.
Selanjutnya pertanyaan
ke-empat belas yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda menggunakan nada
bicara yang enak didengar kepada konsumen?. Seluruh pedagang sebanyak 100%
menjawab ya. Dapat disimpulkan bahwa pedagang menggunakan nada bicara yang baik
kepada konsumen.
Pertanyaan terakhir
pertanyaan ke-lima belas yang diajukan kepada pedagang, Apakah anda mengucapkan
terima kasih diakhir pelayanan kepada konsumen?. Seluruh pedagang sebanyak 100%
menjawab ya. Dapat disimpulkan bahwa pedagang mengucapkan terima kasih diakhir
pelayanan kepada konsumen.
Dari analisis data
diatas, angket yang disebar kepada 30 Pedagang Kaki Lima, yang telah dipilih
secara acak sebagai sampel dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat
faktor internal yang mempengaruhi omzet pendapatan Pedagang Kaki Lima yaitu
faktor pengetahuan dalam menjual dan faktor pelayanan.
Pengolahan Data Omzet 30 Pedagang
No
|
Barang Dagangan
|
Omzet
Per-Hari
|
Omzet
Per-Bulan
(30 Hari)
|
Omzet
Per-3 Bulan
|
1
|
Makanan, Minuman
|
Rp. 250.000
|
Rp. 7.500.000
|
Rp. 22.500.000
|
2
|
Makanan, Minuman
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
3
|
Makanan, Minuman
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
4
|
Minuman, Minuman
|
Rp. 250.000
|
Rp. 7.500.000
|
Rp. 22.500.000
|
5
|
Minuman, Minuman
|
Rp. 250.000
|
Rp. 7.500.000
|
Rp. 22.500.000
|
6
|
Makanan, Minuman
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
7
|
Makanan, Minuman
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
8
|
Makanan, Minuman
|
Rp. 250.000
|
Rp. 7.500.000
|
Rp. 22.500.000
|
9
|
Dagangan Accesoris
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
10
|
Dagangan Accesoris
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
11
|
Dagangan Accesoris
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
12
|
Dagangan Accesoris
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
13
|
Dagangan Accesoris
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
14
|
Dagangan Accesoris
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
15
|
Dagangan Pakaian
|
Rp. 250.000
|
Rp. 7.500.000
|
Rp. 22.500.000
|
16
|
Dagangan Pakaian
|
Rp. 250.000
|
Rp. 7.500.000
|
Rp. 22.500.000
|
17
|
Dagangan Pakaian
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
18
|
Dagangan Pakaian
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
19
|
Dagangan Pakaian
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
20
|
Dagangan Pakaian
|
Rp. 200.000
|
Rp. 6.000.000
|
Rp. 18.000.000
|
21
|
Dagangan Pakaian
|
Rp. 200.000
|
Rp. 6.000.000
|
Rp. 18.000.000
|
22
|
Dagangan Pakaian
|
Rp. 200.000
|
Rp. 6.000.000
|
Rp. 18.000.000
|
23
|
Dagangan Pakaian
|
Rp. 200.000
|
Rp. 6.000.000
|
Rp. 18.000.000
|
24
|
Barang Lainnya
|
Rp. 100.000
|
Rp. 3.000.000
|
Rp. 9.000.000
|
25
|
Barang Lainnya
|
Rp.100.000
|
Rp. 3.000.000
|
Rp. 9.000.000
|
26
|
Barang Lainnya
|
Rp. 100.000
|
Rp. 3.000.000
|
Rp. 9.000.000
|
27
|
Barang Lainnya
|
Rp.150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
28
|
Barang Lainnya
|
Rp. 150.000
|
Rp. 4.500.000
|
Rp. 13.500.000
|
29
|
Barang Lainnya
|
Rp. 100.000
|
Rp. 3.000.000
|
Rp. 9.000.000
|
30
|
Barang Lainnya
|
Rp. 100.000
|
Rp. 3.000.000
|
Rp. 9.000.000
|
Sumber : Hasil Pengolahan Data Field Research
Pengolahan
dan Analisis Data Hasil Penelitian terhadap Konsumen
Dari angket yang disebar kepada 50 konsumen sebagai
sampel yang dipilih secara acak untuk indikator faktor ekternal terdiri dari
faktor lokasi dan Customer Behaviour.
Peneliti menggunakan cara perhitungan analisis data sebagai berikut:
1.
Percent (%) didapatkan dari x 100%
2.
Cumulative Percent (%) didapatkan dari percent 1 + percent 2 = 100%.
Dari hasil penelitian
diatas, dapat didefinisikan sebagai berikut Untuk pertanyaan pertama yang
diajukan kepada konsumen, Apakah anda berbelanja di sini karena lokasinya
terjangkau dari tempat tinggal anda?. Sebanyak 92% menjawab ya, sedangkan 8%
menjawab tidak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lokasi pedagang strategis
karena terjangkau dari tempat tinggal konsumen.
Untuk pertanyaan kedua
yang diajukan kepada konsumen, Apakah lokasi pedagang yang berjualan disini
cukup bersih?. Sebanyak 78% menjawab ya, sedangkan 22% menjawab tidak. Dapat
disimpulkan bahwa lokasi pedagang yang berjualan disini cukup bersih.
Selanjutnya pertanyaan
ketiga yang diajukan kepada konsumen, Apakah anda senang dengan adanya lokasi
pedagang yang berjualan disini?. Sebanyak 50% menjawab ya dan 50% lainnya
menjawab tidak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa proporsi jawaban konsumen sama
yaitu 50% masing-masing untuk jawaban ya dan tidak.
Selanjutnya pertanyaan
ke-empat yang diajukan kepada konsumen, Apakah kendaraan anda aman diparkir
disini?. Seluruh konsumen menjawab ya dengan persentase 100%. Hal ini
menunjukkan bahwa kendaraan aman diparkir.
Kemudian pertanyaan
ke-lima yang diajukan kepada konsumen, Apakah anda tertarik untuk berkunjung
kembali disini?. Sebanyak 82% menjawab ya, sedangkan 18% menjawab tidak. Dapat
disimpulkan bahwa konsumen tertarik untuk berkunjung kembali.
Pertanyaan selanjutnya
pertanyaan ke-enam yang diajukan kepada konsumen, Apakah anda setuju jika
lokasi pedagang yang berjualan disini tertata rapi?. Sebanyak 96% menjawab ya,
sisanya 4% menjawab tidak. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen setuju jika
lokasi pedagang yang berjualan disini tertata rapi.
Pertanyaan selanjutnya
pertanyaan ketujuh yang diajukan kepada konsumen, Apakah anda merasa nyaman
berbelanja disini?. Sebanyak 74% menjawab ya, sedangkan 26% menjawab tidak.
Dapat disimpulkan bahwa konsumen merasa nyaman berbelanja disini.
Selanjutnya pertanyaan ke-delapan
yang diajukan kepada konsumen, Apakah barang yang ditawarkan harganya masih
terjangkau oleh anda?. Sebanyak 90% menjawab ya, sedangkan 10% menjawab tidak.
Dapat disimpulkan bahwa barang yang ditawarkan harganya masih terjangkau
konsumen .
Selanjutnya pertanyaan
ke-sembilan yang diajukan kepada konsumen, Apakah kualitas barang yang
ditawarkan cukup baik?. Sebanyak 78% menjawab ya, sedangkan 22% menjawab tidak.
Dapat disimpulkan bahwa kualitas barang yang ditawarkan cukup baik .
Selanjutnya pertanyaan
ke-sepuluh yang diajukan kepada konsumen, Apakah anda berbelanja disini karena
menyesuaikan dengan kondisi ekonomi anda saat ini?. Sebanyak 28% menjawab ya,
sedangkan 72% menjawab tidak. Dapat disimpulkan bahwa konsumen berbelanja pada
pedagang kaki lima disini, tidak disesuaikan dengan kondisi ekonomi mereka saat
ini.
Selanjutnya pertanyaan
ke-sebelas yang diajukan kepada konsumen, Apakah anda berbelanja disini bersama
dengan anggota keluarga?. Sebanyak 88% menjawab ya, sedangkan 12% menjawab
tidak. Dapat disimpulkan bahwa konsumen berbelanja bersama dengan anggota
keluarga mereka.
Selanjutnya pertanyaan
ke-dua belas yang diajukan kepada konsumen, Apakah anda sudah menjadi langganan
membeli barang pada pedagang disini?. Sebanyak 62% menjawab ya, sedangkan 38%
menjawab tidak. Dapat disimpulkan bahwa konsumen sudah menjadi langganan
membeli barang pada pedagang disini.
Selanjutnya pertanyaan
ke-tiga belas yang diajukan kepada konsumen, Apakah anda membeli barang disini
karena pengaruh dari teman?. Sebanyak 42% menjawab ya, sedangkan 58% menjawab
tidak. Dapat disimpulkan bahwa konsumen membeli barang disini tidak dipengaruhi
oleh teman.
Selanjutnya pertanyaan
ke-empat belas yang diajukan kepada konsumen, Apakah berbelanja disini
mencerminkan gaya hidup anda?. Sebanyak 24% menjawab ya, sedangkan 76% menjawab
tidak. Dapat disimpulkan bahwa konsumen yang berbelanja disini tidak
mencerminkan gaya hidup mereka .
Pertanyaan terakhir
pertanyaan ke-lima belas yang diajukan kepada konsumen, Apakah barang dagangan
yang ditawarkan sesuai dengan keinginan anda saat ini?. Sebanyak 48% menjawab
ya, sedangkan 52% menjawab tidak. Dapat disimpulkan bahwa barang dagangan yang
ditawarkan belum sesuai dengan keinginan konsumen saat ini.
Dari analisis data
diatas, angket yang disebar kepada 50 Konsumen, yang telah dipilih secara acak
sebagai sampel dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat faktor
eksternal yang mempengaruhi omzet pendapatan Pedagang Kaki Lima yaitu faktor
lokasi dan faktor Customer Behaviour.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi omzet pendapatan Pedagang Kaki Lima diwilayah Cibubur Jakarta
Timur (Studi Kasus: Jalan Karya Bakti)”. Penelitian dengan metode kualitatif
mencoba memahami kepribadian orang lain dari pendapat dan kerangka berpikir
yang telah dibuat oleh peneliti. Pusat dan pandangan dari peneliti adalah
realita yang dialami sebagai pengalaman dari narasumber yang dijadikan sampel,
melalui teknik pengambilan sampel Probability
Sampling dengan memilih Simple Random
Sampling, artinya pengambilan sampel sederhana secara acak kepada 30
pedagang dan 50 konsumen.
Penelitian kualitatif
berorientasi pada proses, yang digunakan oleh peneliti untuk memecahkan masalah
dalam penelitiannya. Berdasarkan hasil analisis, dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan yakni sebagai berikut :
1.
Dari
hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor internal yang terdiri dari faktor
pengetahuan dalam menjual dan faktor pelayanan mempunyai pengaruh terhadap
omzet pendapatan pedagang kaki lima. Hal ini karena adanya modal yang memadai
belum tentu menjamin keberhasilan suatu usaha. Sebab, dalam menjalankan suatu
usaha diperlukan ketrampilan serta sikap yang memadai sebagai bekal untuk
menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi nanti.
2.
Hasil
penelitian juga diketahui bahwa faktor eksternal yang terdiri dari faktor
lokasi dan faktor Customer Behaviour mempunyai
pengaruh terhadap omzet pendapatan pedagang kaki lima. Artinya untuk
menciptakan omzet yang memuaskan, pedagang kaki lima dapat lebih memperhatikan
faktor eksternal, terutama faktor
Customer Behaviour. Hal ini karena konsumen lebih cenderung memilih dan
membeli barang yang sesuai dengan kepribadiannya.
Saran
Berdasarkan Faktor yang mempengaruhi
omzet pendapatan Pedagang Kaki Lima diwilayah Cibubur Jakarta Timur (Studi
Kasus: Jalan Karya Bakti)”. peneliti menyarankan :
1.
Pedagang
kaki lima dapat memaksimalkan faktor internal yang terdiri dari dua faktor
yaitu faktor pengetahuan dalam menjual dan faktor pelayanan, karena adanya
modal yang memadai belum tentu menjamin keberhasilan suatu usaha. Sebab, dalam
menjalankan suatu usaha diperlukan ketrampilan serta sikap yang memadai sebagai
bekal untuk menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi nanti.
2.
Pedagang
kaki lima juga dapat lebih memperhatikan faktor eksternal yang terdiri dari
faktor lokasi dan faktor Customer
Behaviour, karena hampir semua pembeli menginginkan pedagang dengan
pelayanan yang baik kepada konsumen, sehingga akan menciptakan omzet yang
memuaskan.
3.
Keberadaan
pedagang kaki lima seharusnya perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Karena keberadaan pedagang kaki lima di Jakarta bukanlah kelompok masyarakat
yang gagal masuk ke dalam sistem ekonomi perkotaan. Namun, keberadaan ini
menunjukkan bahwa pedagang kaki lima sebagai ekonomi jejaring (network) yang menghubungkan sentra
kemandirian usaha masyarakat dengan sirklus terpendek antara penjual dan
pembeli.
DAFTAR PUSTAKA
Baduara, Sotar & Sabar Martin
Sirait.1992. Salesmanship: Ilmu dan Seni
Menjadi Penjual Yang Sukses. Jakarta: Bumi Aksara.
.
Erani, Ahmad Y. 2002. Memetakan Perekonomian Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan: Panduan Bagi Mahasiswa untuk Mengenal,
Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip. 1988. Manajemen Pemasaran Edisi ke-enam. Jakarta: Penerbit Erlangga
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Edisi Millenium 1.
Jakarta: PT. Prenhallindo.
Kotler, Philip dan Eduardo L Roberto.
1989. Social Marketing Strategic for
Changing Public Behaviour. New York: The Free Press.
Kasmir. 2011. Kewirausahaan cetakan ke-6. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Koentjaraningrat. 1984. Metode-Metode Penelitian Masyarakat.
Jakarta: PT. Gramedia.
Lukman, Sampara.2004. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta:
STIA LAN Press.
Malano, Herman. 2002. Selamatkan Pasar Tradisional: Potret
Ekonomi Rakyat Kecil. Jakarta: Kompas Gramedia.
Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Rachbini dan Hamid. 2006. Ekonomi Informal Perkotaan. Jakarta:
PT. Gramedia.
Sugiyono.2009. Metode Penelitian Bisnis Cetakan ke-13. Bandung: Alfabeta.
Sutamto. 1997. Teknik Menjual Barang. Jakarta: Balai Aksara.
Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia.
Jakarta: Salemba.
Thoha, Mahmud. 2000. Pemberdayaan Usaha Kecil Melalui Model
Grameen Bank. Jakarta: Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan LIPI.
Winardi, J. 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Zain, Badudu. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Sinar Harapan.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta. Nomor 33 Tahun 2010. Tentang
Definisi, Pengaturan Tempat, Pembinaan
dan Pengawasan Pedagang Kaki Lima di Wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar